30 November 2012

Sukses, Tanaman Organik Sumbar

Jakarta, Padek – Karya nyata dan dedikasi Gubernur Irwan Prayitno mengembangkan pertanian organik di Sumbar, berbuah penghargaan, Rabu (28/11) lalu, kader PKS ini menerima penghargaan dari Menteri pertanian Suswono saat peringatan ”Bulan Mutu Nasional 2012” di Auditorium Gedung Kementerian Pertanian.

Peringatan Bulan Mutu merupakan ajang interaksi berbagai pemangku kepentingan dalam meningkatkan mutu, baik pelayanan maupun produk pertanian secara on-farm maupun off-farm. ”Dalam konteks komoditi dan produk berupa pangan dan bahan pengan, maka pengertian mutu juga mencakup keamanan pangan. Dengan demikian, bila kita berbicara tentan mutu pangan tidak terlepas dari komoditi pertanian pangan sekaligus juga melekat mengenai keamanan pangannya untuk dikonsumsi oleh masyarakat luas, ” ucapnya.
Dinamika sistem keamanan pangan didorong oleh faktor-faktor diantaranya, peningkatan volume dan keragaman komoditi pangan yang diperdagangkan, permintaan masyarakat terhadap perlindungan kesehatan semakin meningkat, perubahan ekologi dan perilaku manusia, pengelolaan dan pendeteksian bahaya semakin canggih, serta perubahan iklim dan cara bertani menyebabkan kemanan pangan selalu berubah.

Untuk menghasilkan suatu mutu produk pertanian yang konsisten, tidak bisa hanya mengandalkan pengendalian penangan produk akhir saja, tetapi harus dikendalikan mulai dari tahapan prapanen sampai siap dikonsumsi (from farm to table). Di tingkat pemerintah, perlu koordinasi dan kerja sama mulai dari penyusunan program dan implementasinya secara terpadu antar eselon I lingkup pertanian mulai dari hulu sampaihilir, termasuk unit eselon I pendukung sepertiBadan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan), Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPSDMP), dan seterusnya. Sehingga bersama-sama pemangku kepentingan, pembangunan pertanian di Indonesia mampu menghasilkan produk yang dapat menjadi tuan rumah di negeri sendiri dan berdaya saing di pasar global.

”Secara prinsip tanggung jawab pembangaunan pertanian ada di Kementan, tetapi implementasinya kita harus banyak berkoordinasi dengan kementerian lainnya,  misalnya menagngani pembangunan jalan penghubung antar sentra komoditas  dan tujuan pasar, pelabuhan, sumber pembiayaan, tata guna lahan dan sebagainya. Selama ini, belum didukung infrastruktur memadai dan keterpaduan gerak dengan instansi lainnya,” jelasnya.

Masih banyak kasus ekspor komoditi pertanian bisa pekerjaan rumah (PR) kita, untuk segera diselesaikan. Sebut saja, pemotongan otomatis (automatic detention) terhadap kako kita yang di ekspor ke Amerika, karena diklaim mengandung kotoran. Namun, sampai saat ini masih belum dapat kita atasi. ”Untuk itu, Mentan menerbitkan Peraturan Menteri Pertanian yang mengatur pemberlakuan peningkatan kualitas, sehingga menjadi kakao fermentasi sesuai SNI,” tuturnya.

Contoh lainnya adalah ekspor biji pala Indonesia ke Uni Eropa, selama kurun waktu tahun 2009-211, berdasarkan data dari Rapid Alert System on Food and Feed (RASFF) portal Indonesia telah menerima 21 kali notifikasi RASFF terkait kandungan aflatoxin pada pala. Ini ditindaklanjjti dengan inspeksi langsung dari tim Uni Eropa dan Indonesia harus melakukan tindakan perbaikan agar pala yang diekspor memenuhi persyaratan Uni Eropa sehingga ekspor berjalan lancar. Tindakan perbaikan penerapan jaminan mutu di setiap tahapan pasokan, mulai tahap budi daya dan penangan pascapanen di tingkat kelompok tani, penangan tingkat pedagang pengumpul, dan penangan di tingkat eksportir. Hingga, kegiatan ini harus didukung seluruh eselon satu terkait anatar lain Ditjen Perkebunan, Balai Penelitian, Ditjen PPHP, Barantan dan lainnya.

”Pembinaan penerapan jaminan mutu tidak akan berhasil, kalau tidak dibarengi dengan proses pengawasan yang tepat dan terpadu. Terkait pengawasan Kementan, telah membangun jaringan kelembagaan pengawasan yaitu, Otoritas Kompeten Keamanan Pangan (OKKP)  berada di pusat dan yang berada di daerah disebut OKKP daerah. OKKP daerah dibentuk melalui Keputusan Gubernur masing-masing daerah,” paparnya.

Dia mengapresiasi tiga kepala daerah yakni, Gubernur Bali dan Gubernur Jawa Tengah atas prestasi dalam pengembangan pertanian organik. ”Tanpa dedikasi dan karya nyat kepala daerah tersebut, mustahil pengembangan organik akan sukses seperti saat ini. Pengembagan organik di tiga daerah tersebut telah mampu memberikan nilai tambah terhadap ekonomi petani,” ucapnya.

Gubernur Sumbar Irwan Prayitno mengatakan, dorongan Pemprov Sumbar mengembangkan pertanian organik adalah membentuk satgas pertanian organik dan mendirikan lembaga sertifikasi organik. Selain itu, pemberian insentif produk Rp250/kg, gerakan satu petani untuk mengurangi katergantungan petani terhadap pupuk buatan, serta gerakan pensejahteraan petani.

Padang Ekspres, 30 November 2012